Semua orang menyadari betapa pentingnya menemukan seseorang pendamping hidup yang tepat, dan tentunya yang diperkenankan Tuhan. tapi bagaimana kita mencarinya?
pacaran
bukanlah untuk membagi sukacita dengan seseorang, pacaran bukanlah agar
kita dicintai orang lain. tetapi masa kita menjajaki, belajar dan
melihat dengan baik apakah kita dapat hidup bersamanya untuk selamanya atau tidak.
Beberapa pertanyaan yang dapat membantu :
1. Apakah dengan berpacaran justru makin dekat Tuhan?
jika
masa pacaran justru tidak memuliakanNya, terbukti dari makin jauh kita
dari Tuhan, dapat dipastikan hubungan ini tidak diperkenanNya.
sebaiknya
hubungan pacaran dilandasi oleh dua cinta yang sama, jangan sampai yang
satu sangat mencintai dan sangat bergantung pada pasangannya dibanding
yang satunya, dengan kata lain pasangan yang tidak seimbang.
2. Perbedaan-perbedaan apa yang mempersulit komunikasi?
komunikasi aspek yang sangat penting
- kesamaan minat
- kesamaan berpikir
- kemampuan memahami apa yg dibicarakan
- kesenjangan pendidikan
Jangan cari yang terlalu banyak perbedaan sehingga kita tidak bisa ngobrol dengan nyambung dengan orang itu. Jangan hanya mencari fisik yang cantik, yang ganteng, bagus bentuk tubuhnya, tapi akhirnya kita tidak memiliki kesamaan dan akhirnya komunikasi tidak berjalan dengan baik. Catat, komunikasi adalah syarat sebuah hubungan itu bisa long lasting.
3. Seberapa mampukah untuk bekerja sama?
salah satu wujud kerjasama bisa dilihat dari kemampuan pasangan mengambil keputusan bersama saat menghadapi masalah.
banyak
orang mudah mengambil keputusan saat sendiri, tapi saat berdua itu hal
yang sulit. kadang ada pemaksaan kehendak dan yang satunya hanya
menerima kehendak. Kadang ada yang terlalu dominan saat mengambil keputusan, dan satu pihak hanya menerima. Jika terjadi seperti itu dan berlangsung terus menerus, maka akan terjadi sebuah kebiasaan yang berimbas negatif, seperti mereka yang dominan akan merasa di atas dan pihak yang menerima hanya bisa diam saja. Sepadan! itulah kata-kata yang tepat untuk hal ini, masing-masing memiliki porsi yang sama tidak ada yang telalu dominan dan selalu tertindas.
4. Apakah kita bersedia berekreasi atau menikmati waktu luang bersama?
jangan sampai kita dan pasangan terlalu berbeda sehingga tidak pernah bertemu menikmati hidup bersama.
yang satu suka pantai, yang satu suka gunung, yang satu suka olahraga, yang satu suka tidur, dll.
yang
penting adalah bukan memulai kesamaan, tetapi bagaimana mau merendah
dan mencocokkan diri dalam perbedaan itu dan saling menghargai perbedaan
yang ada. bukan mencari orang yang sama persis dengan kita, tapi
mencari orang yang dapat memahami dan menyesuaikan hidupnya dengan kita. Sebagai contoh, ada seorang sepasang suami istri yang memutuskan untuk menikah, walaupun mereka memiliki minat rekreasi yang berbeda-beda, misalnya sang suami lebih suka ke gunung, sedangkan sang istri lebih suka ke pantai atau ke mall, namun karena mereka satu sama lain mau merendah, dan mencocokkan diri, akhirnya mereka pelan-pelan bisa saling mengikuti minat dari pasangannya. Yang terpenting mereka mau berubah menyesuaikan diri dengan hal yang ada dengan pasangan mereka.
5. Apakah teman-teman kita bisa diterima oleh pasangan kita, begitu juga sebaliknya?
Pertanyaannya, dapatkah pasangan
saya masuk ke dalam lingkungan teman-teman saya dan diterima, begitu
juga sebaliknya. teman/sahabat kita sedikit banyak mencerminkan siapa
diri kita sesungguhnya.
jika punya teman yg tidak benar, begitu juga dirinya.
Carilah orang yang tidak membuat kita malu saat berjalan dengannya di depan umum.
6. Apakah memiliki nilai moral yang sama?
Nilai moral atau nilai kehidupan sangat luas jangkauannya, tidak hanya kerohanian, seperti nilai hidup, berbagi dengan orang lain, nilai sosial, motivasi diri, pengembangan diri, dll. Misalnya pasangan ada yang suka memberi kepada pengemis, sedangkan pasangannya tidak suka karena itu tidak mendidik dan lebih baik disalurkan ke badan atau yayasan yang berperan atau bahkan pasangannya tidak suka berbagi dengan orang lain. Atau contoh lain juga misalnya ada pasangan yang ingin selalu belajar hal baru, hidupnya ingin naik level terus dan punya standar diri yang tinggi, sementara pasangannya tidak terbiasa seperti ini, dan akhirnya banyak gesekan terjadi. Hal-hal ini seperti ini juga sebaiknya dipikirkan dan dibicarakan bersama.
Kemudian
dalam hal seksualitas, mencintai pribadi dan mencintai tubuh adalah 2
hal yang berbeda. sejauh mana kita menguasi diri untuk tidak mencintai
tubuh?
Sejauh mana kita boleh mengungkapkan
hasrat seksual?
Sebaiknya jangan sampai ciuman bibir, karena itu adalah
salah satu organ tubuh yang erotis.
pelukan samping atau pegangan tangan, tapi jangan pelukan dari depan.
Jika hal-hal ini terutama yang berkaitan dengan seksualitas dibahas bersama, maka kita akan bisa memberikan batas saat hubungan kita masih pacaran, kemudian kita bisa mengetahui bagaimana standar pasangan kita tentang seksualitas, apakah dia mencintai hati kita atau hanya tubuh kita.
7. Dapatkah menerima dan menghargai keluarga masing-masing?
Kita hidup dengan budaya timur, hal ini kadang jadi duri dalam daging dalam hubungan pernikahan.
sebaiknya menikahlah dengan seseorang yang keluarganya dapat kita hargai.
bagaimana jika orang tua tidak setuju?
- sejauh mana kita memberikan penjelasan selengkapnya dan seobjektif mungkin.
Anak haruslah menilai secara objektif dan menghargai nasihat orang tua.
Secara alkitabiah, seorang kristen tidak boleh melarang anaknya menikah dengan orang yang berlainan etnis.
tapi kita harus sadari bahwa dalam kehidupan nyata hal ini sering terjadi, beberapa orang tua mengharuskan anaknya menikah dengan etnis yang sama, karena beberapa pertimbangan dari orang tua.
Jika memang ada standar dan permintaan tertentu dari keluarga pasangan kita, apakah kita tetap mau menghargai dan mencoba menyesuaikan diri ataukah kita menyerah karena tidak dapat kita penuhi, hal ini wajib menjadi bahan perbincangan bersama. Satu hal yang harus kita catat adalah, restu orang tua adalah restu dari Tuhan yang sudah dipercayakan sebagai wakil Allah untuk hidup kita.
8. Apakah memiliki perbedaan faktor ekonomi yang terlalu jauh
Contoh kasusnya adalah jika
terjadi kasus pria memiliki ekonomi yang dibawah wanita biasa akan
timpang. seorang pria sebaiknya berada di atas wanita dalam hal
penghasilan. Karena hal ini akan menyangkut tingkat harga diri seorang pria dan dominasi dalam keluarga tersebut. Jika terlanjur terjadi, pasangan tersebut harus saling menghargai dan menerima kondisi masing-masing. Tetapi sangat dianjurkan seorang pria wajib terus berusaha untuk berperan sebagai kepala/imam yang memimpin dan mengarahkan keluarga tersebut.
9. Apakah problem masa lalu telah diselesaikan dan dituntaskan?
Sebaiknya mengetahui dengan jelas siapa kita, termasuk masa lalu kita. seperti siapa saja mantan pacar kita. Terutama dalam hal hubungan dengan masa lalu kita di media sosial yang saat ini sedang ramai. Batasi penggunaan media sosial jika ternyata penggunaan itu berdampak negatif dengan hubungan kita dengan pasangan kita saat ini. Sebaiknya mencari kegiatan yang lebih banyak kebersamaan dengan pasangan daripada masing-masing hanya mengurus media sosial masing-masing.
10. Dapatkah menghadapi dan menyelesaikan pertengkaran bersama-sama?
Dalam
masa pacaran pertengkaran tidak harus dihindari, hubungan yang sehat
bukan hubungan yang bebas pertengkaran, tetapi bukan juga yang penuh
pertengkaran. Hhubungan yang sehat adalah hubungan yang bisa
menyelesaikan setiap pertengkaran yang dihadapi bersama-sama,
dituntaskan dengan pengampunan dan penerimaan. Solusi harus ada dalam
hubungan yang sehat dan mampu mencari jalan keluar. Biasakan selalu mencari solusi dalam setiap permasalahan yang muncul dalam hubungan, jika tidak hal tersebut dapat menjadi percikan api untuk masalah dan pertengkaran yang baru di depan.
11. Dapatkah saling membicarakan dan merencakan masa depan bersama?
Mereka
berdua harus membicarakan aspirasi mereka ke depan. sangat penting
saling bertanya dan membahas keinginan mendatang, apa kerinduan dalam hidup ini, apa yang perlu diraih dalam hidup ini. misalnya yang satu mau punya rumah yang satu mau sama orang tua. yang satu mau pindah kerja, yang satu tidak mau. Hal ini penting untuk dibicarakan untuk kelanggengan sebuah hubungan.
Jangan
saling memuji diri karena esok hari, jangan terlalu bermegah bahwa
hubungan kita pasti cocok, pasti tidak ada masalah, pasti saling
mencintai. lihatlah hari esok dengan realistik.
biarlah
orang lain yang memuji engkau dan bukan mulutmu, biarlah orang lain
yang memuji bahwa hubungan kita hubungan yang baik. jangan sungkan
meminta masukan orang lain.
salah satu doa
yang patut dipanjatkan saat berpacaran adalah, doa meminta hikmat,
hikmat untuk bisa melihat, melihat untuk menjernihkan mata mereka agar
dapat melihat dengan jelas, tidak dibutakan hanya oleh rasa cinta.
Waktu yang paling tepat untuk melihat pasangan saat berpacaran tepat untuk dijadikan pasangan hidup adalah saat hormon dopamin tersebut telah hilang dalam hubungan pria dan wanita tersebut. karena saat hormon dopamin masih bergejolak kita sulit melihat dengan mata yang jelas dan hati yang mampu menilai apakah pasangan kita pasangan yang terbaik. Waktu tersebut adalah sekitar 1-2 tahun pacaran, maka hormon cinta tersebut sudah mulai pudar dan akhirnya kita bisa menilai dengan hikmat Tuhan bagaimana pasangan kita yang sebenarnya saat hormon cintanya sudah mulai menghilang. Saat hormon cinta sudah mulai menghilang maka yang dapat membuat hubungan tersebut bisa berjalan lebih jauh adalah komitmen. Dan waktu-waktu tersebut adalah waktu terbaik untuk mengecek apakah pasangan kita adalah teman hidup kita yang akan menemani kita menghabiskan sisa hidup ini.
Tanyakanlah 11 pertanyaan di atas untuk mengecek apakah pasangan kita adalah pasangan hidup kita. Karena lebih baik menunggu sampai waktuNya tepat, daripada menghabiskan sisa hidup dengan orang yang salah.
Note :
Di ambil dari buku Apakah Dia Pasangan Hidupku, karya Paul Gunadi.