Rabu, 29 Februari 2012

Percaya dengan LOGIKA

Logika identik dengan otak, pikiran, dengan kepintaran seseorang.
Bahkan di dunia pendidikan sekarang, kemampuan berpikir dan berlogika sangat di agung-agungkan. Orang-orang jenius dan para peneliti diyakini memiliki kemampuan berpikir dan berlogika dengan luar biasa.
Hal ini berimbas ke pemikiran para orang tua, bahwa anak-anak mereka harus diberi pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berlogika. Bimbingan belajar penuh dengan anak-anak yang belajar untuk dapat berpikir dab berlogika yang lebih baik.

Tapii, saat menjalani hidup ini, apakah kemampuan logika dapat diandalkan, apalagi untuk hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh nalar dan logika. Contohny yang paling simpel adalah, apakah kita percaya adanya Tuhan itu dapat dilakukan dengan logika, dengan nalar, dengan kemampuan berpikir manusia? jawabannya : Tidak.
Tuhan tidak bisa dicari tahu dengan kemampuan berpikir dan berlogika manusia yang ternyata masih terbatas dibandingkan keberadaan Yang Kuasa tersebut.
Kenapa? karena manusia cenderung baru bisa percaya kalau mereka melihat. Kemampuan berpikir dan berlogika manusia baru bisa jalan kalo dia melihat benda tersebut nampak dan bisa mereka sentuh, Sementara keberadaan Tuhan apakah nampak dan bisa disentuh? Tidak.
Kata Yesus kepadanya: Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya. x " Yohanes 20 : 29
Percaya dengan Tuhan hanya bisa dilakukan dengan hati. Ya, dari hati sajalah kita percaya bahwa Tuhan itu ada, dari hati sajalah Tuhan itu dapat kita rasakan keberadaanNya. Makin kita membuat hati kita peka dan berusaha mencari Tuhan, makin bisa juga kita merasakan keberadaanNya. "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5).

Jarak dari otak dan hati kita tidak sampai 30 cm, tapi untuk percaya kepada Tuhan, kita lebih sering menggunakan pikiran kita dibandingkan hati kita.

Apa akibatny klo kita lebih cenderung menggunakan otak dari pada hati jika kita percaya sama Tuhan, imbasnya adalah :
1. Jadi kuatir
Mungkin sebagai orang percaya kita banyak berdoa, banyak baca firman Tuhan, sering dengar-dengaran dengan Tuhan, tapi seringkali setelah kita berdoa, dan dalam doa kita menyerahkan segala kekuatiaran kita sama Tuhan, kita masih mengandalkan pikiran dan otak kita, kita masih percaya dengan LOGIKA kita ketimbang HATI kita yang percaya sama Tuhan. Ujung-ujungnya kita tetap kuatir walaupun kita udh berdoa dan mnyerahkan semua kekuatiran kita. Kita percaya sama Tuhan dengan LOGIKA kita, bukan dengan HATI kita.
Berserah itu menyerahkan penuh, bukan berserah tapi kita masih sering kuatir dan membuat kita drop. Berserah dan melakukan yang terbaik, itulah yang Tuhan mau kita lakukan. Karena ada sebuah quote bagus : "daftarlah beberapa hal yang membuat engkau kuatir, jika ternyata banyak daftar itu, itu menandakan engkau makin tidak percaya dengan Tuhan, engkau tidak berserah kepada Tuhan"

2. Kecewa
Kenapa bisa kecewa? kita bisa sakit hati saat apa yang kita minta dan kita percayai akan terjadi sesuai otak kita, ternyata tidak terjadi. Apa yg kita pikirkan mungkin terjadi dan harus terjadi dengan otak kita, suatu saat tidak terjadi karena rencana Tuhan mngkin tidak bisa kita jangkau dengan otak kita, sebagai contoh, jika ada anak pintar, akan masuk ke sekolah yang ia mau, dan secara otak, pikiran dan nilai ujian dia di anggap bisa masuk ke sekolah favorit tersebut, tapi ternyata jika Tuhan tidak menginginkan dia masuk ke sana. anak tersebut mungkin akan sakit hati, akan kecewa, dan keluarganya pun yang tahu dia pintar pun akan kecewa, tapi itulah jalan Tuhan, ngga bisa kita selami dengan pikiran dan otak kita.
Hanya dengan hati kitalah kita bisa mengandalkan Tuhan.

itulah Logika manusia, ada saatnya kita menggunakan otak dan logika kita, tapi tidak semua hal dapat kita lakukan dengan LOGIKA dan otak kita. ada saatnya HATI kita yang mengambil alih, dan memilih untuk berserah kepada Tuhan.

Rabu, 08 Februari 2012

Simpangan jalan

Hmm..menulis ternyata butuh sebuah inspirasi, seperti gelas,
saat ia kosong ia tidak dapat diminum, baru saat gelas itu penuhlah maka gelas itu akan dapat digunakan oleh orang lain.

Begitupun saat ini, ketika akan menulis sesuatu, pikiran ini harus penuh dengan sesuatu subyek. Baru kemudian bisa dituangkan. kalo subyek di judul sih tentang simpangan jalan. Tapi ga tau mau dikembanginny gimana, hanya mencoba untuk menggerakkan jari ini di atas keyboard, dan hati ini berbicara.
"Persimpangan Jalan"
Sulit untuk ada di persimpangan jalan, apalagi jalan itu akan mempengaruhi kehidupan kita.
Dan mngkin saat itu kita tidak memiliki siapapun untuk diminta pendapat atau untuk ditanyakan.


Hanya sendiri dan terus berpikir dengan kemampuan sendiri, manakah jalan terbaik yang harus dipilih.
Tapi Dia bilang lewat lagu ini :
KETIKA KUHADAPI KEHIDUPAN INI

JALAN MANA YANG HARUS KUPILIH
‘KU TAHU ‘KU TAK MAMPU, ‘KU TAHU ‘KU TAK SANGGUP
HANYA KAU TUHAN TEMPAT JAWABANKU

Yah, hanya Tuhan tempat jawaban kita, hanya kepada Dia kita tahu mana jalan yang terbaik, minta tuntunan Roh Kudusnya, minta hikmat penyertaan Roh Kudusnya, untuk tahu mana jalan yang terbaik untuk kita, cari jalanNya dengan segenap hati kita.
Karena jalanku bukan jalanMu, dan kehendakku, bukan kehendakMu.

Tapi seringkali kita hanya mencari diriNya saat kita sedang butuh dan ada di persimpangan, seriingkali, kita ngga mencariNya setiap waktu. Yah, itu bukan yang Dia inginkan.

soo, keep ur faith when u're in intersection..! seek Him, but not just when u're in intersection..!